Oleh Rahadian Widhi Hantoro
Penulis adalah Mahasiswa PPG Prajabatan Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
.
Selama masa Pandemi Covid-19 pemerintah mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, dengan tujuan membatasi jarak individu (social distancing) agar penyebaran covid-19 dapat ditekan.
.
Selama dua tahun peserta didik belajar secara daring dari rumah, menggunakan handphone atau computer untuk mengakses dan mengikuti pembelajarannya. Banyak kendala ditemui baik dari sisi perangkat hardwarenya maupun infrastruktur jaringan internet yang tidak selalu lancar, terlebih kondisi geografis sangat bervariasi.
.
Peserta didik melakukan belajar secara daring tanpa dibatasi tempat dan waktu, belajar dari rumah, tidak pergi ke sekolah, tidak bertemu guru, dan tidak bertemu-teman-teman sekolahnya. Tidak ada interaksi sosial secara langsung peserta didik dengan guru. Guru hanya memberikan teori, bahan/materi yang harus dipelajari dan tugas—tugas bagi peserta didik.
Tuntutan kurikulum yang cukup banyak memunculkan tekanan belajar yang tinggi pada siswa di masa pandemi.
.
Penugasan-penugasan yang diberikan guru tanpa ada penjelasan secara langsung, mengakibatkan siswa kesulitan mengerjakannya. Apalagi jika terkendala dengan sarana prasarana dan fasilitas jaringan yang tidak lancar, makin menambah kesulitan belajar. Tidak hanya siswa yang mengeluh selama pembelajaran daring, orang tua pun banyak yang tidak siap ketika harus membimbing putra-putrinya terlebih yang masih usia SD kelas Awal. Bagi orang tua yang putra-putrinya usia SMP, SMA yang mestinya sudah bisa mengatur dirinya dalam kegiatan belajar, boleh jadi mengalami kelelahan atau kejenuhan belajar. Akses pembelajaran daring dalam jangka panjang, dapat membawa dampak kejenuhan akademik (Academik Bornout).
.
Kejenuhan akademik didefinisikan sebagai reaksi emosional, fisik, dan mental negatif terhadap studi berkepanjangan yang mengakibatkan kelelahan, frustrasi dan kurangnya motivasi. Kejenuhan akademik memunculkan stress, kelelahan belajar, atau faktor psikologis lainnya disebabkan beban karena proses pembelajaran yang diikuti siswa. sehingga menunjukkan keadaan kelelahan emosional, sinis, dan merasa diri tidak mampu, tidak ada semangat dan merasa berat terhadap pengerjaan tugas-tugas sekolah.
.
Kejenuhan emosional ditandai dengan sulit tidur, lesu, hingga dapat memunculkan permasalahan pada perut atau pencernaan, otot tegang, dan pusing. Belajar secara daring selama dua tahun cukup lama, kemungkinan kejenuhan akademik terjadi pada peserta didik.
.
Akibat lain yang dikhawatirkan adanya learning loss selama 2 tahun dapat berakibat hasil belajar tidak optimal. Apabila terjadi kejenuhan, belajar dalam rentang waktu tertentu namun tidak memberikan hasil. Kejenuhan belajar siswa dapat disebabkan oleh kelelahan panca indera, kelelahan fisik, dan keletihan mental siswa. Kelelahan panca indera dapat diatasi dengan beristirahat dengan cukup, makan bergizi kelelahan fisik juga dapat diatasi. Akan tetapi kelelahan mental tidak mudah diatasi.
.
Faktor penyebab kelelahan mental, di antaranya: rasa khawatir jika tidak berhasil, khawatir jika tidak memenuhi harapan, di sisi lain mungkin mempunyai target dan kriteria yang tinggi.
.
Kiat-kiat mengatasi kejenuhan akademik. Bersyukur saat ini kondis pandemi sudah reda, namun kejenuhan belajar boleh jadi tetap dialami dan mempengaruhi belajar peserta didik lebih lanjut. Untuk itu perlu diupayakan langkah-langkah mengatasinya.
.
Berikut cara-cara mengatasi kejenuhan akademik:
.
1. Usahakan bisa berIstirahat cukup dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi
.
2. Penjadwalan ulang jam belajar mempertimbangkan waktu yang efektif bagi masing-masing.
.
3. Penataan setting lingkungan belajar, tata letak meja kurisi di kamar belajar, pemasangan atau penggantian wallpapaer sehingga memberi suasana baru yang lebih cerah.
.
4. Upayakan memberi motivasi dan stimulasi agas peserta didik termotivasi untuk belajar.
.
5. Memperbarui niat untuk belajar lebih giat dan lebih baik.
Demikian semoga bermanfaat…!
.
Penulis adalah Mahasiswa PPG Prajabatan Bimbingan dan konseling Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.